Kamis, 14 November 2013

Barang-barang lama, kuno atau vintage yang tetap dirawat dengan baik dan telaten, tetap mempunyai daya pesona untuk diperhatikan dan dinikmati dengan seksama. Sebagian karena barang-barang tersebut mempunyai nilai historis yang tak ternilai atau bahkan mungkin memiliki daya magis. Bisa saja demikian.
Hal serupa terjadi pula pada mobil. Mobil-mobil kuno yang dirawat dengan baik, tentunya dirawat dengan telaten dan penuh cinta, tetap mempesona untuk dinikmati. Dinikmati oleh siapapun, bahkan bagi orang yang tidak faham dan tidak mempunyai pengetahuan mengenai seluk-beluk dunia permobilan seperti saya ini.
***
Rabu malam lalu, 19 Juni 2013, saya berkesempatan mengunjungi kediaman Bapak Hartawan Setjodiningrat di bilangan Cipete, Jakarta Selatan. Mengenal baik Pak Hauwke, demikian panggilan akrab beliau, sejak tahun 2000, sejak saya bergabung dengan perusahaan yang beliau pimpin. Selain pemimpin perusahaan, beliau juga kolektor mobil kuno. Kini beliau tetap aktif sebagai salah satu penasehat pada organisasi PPMKI, Perhimpunan Penggemar Mobil Kuno Indonesia. Demikian informasi yang saya peroleh dari situs PPMKI di link ini.
Baiklah, saya akan mengajak sahabat blogger untuk menikmati koleksi mobil kuno yang dimiliki Pak Hauwke di HAG, Hauwke’s Auto Gallery, demikian tempat ini beliau beri nama.
Memasuki halaman kediaman beliau, saya dicengangkan oleh deretan mobil kuno yang berjajar di sisi sebelah kiri.  Mobil-mobil kuno yang mengkilat cat-nya dan dalam kondisi prima juga layak jalan. Sebagian sempat saya abadikan, berikut ini. Klik foto untuk memperbesar tampilan.
Mobil-mobil kuno sebagian disimpan di dalam bangunan berlantai dua. Dilantai dasar, mobil-mobil ini diparkir dengan teratur. Lagi saya terpesona tidak hanya dengan kecantikan mobil-mobil ini, tapi juga dengan mengkilat dan tanpa debunya permukaan mobilnya. Hal yang menandakan betapa serius dan telatennya mobil-mobil ini dirawat.
Dari lantai dua mata saya dipuaskan dengan pandangan yang meliputi seluruh mobil yang ada dilantai dasar tersebut. Perhatikan foto-foto berikut, semoga ini lebih bercerita dibandingkan dengan deskripsi yang saya tuliskan di paragraf ini. Klik foto untuk memperbesar tampilan.
Koleksi mobil lainnya berjajar di sisi sebelah kanan. Dinding belakang sisi ini berbentuk jendela pesawat terbang. Sungguh serasi penempatan mobil-mobil kuno dengan dilatar-belakangi dinding jendela pesawat terbang. Inilah foto-fotonya. Klik foto untuk memperbesar tampilan.

VESPA PTS

Vespa Small Frame adalah sebutan untuk jenis Scooter asal Itali dengan dimensi serba compact alias ngirit :-D . Kalau ditinjau dari asal usul pembuatan scooter ini oleh Corradano D’Ascanio, kenapa di design sedemikian rupa, karena hal itu merupakan tuntutan pasar, dimana waktu itu serbuan motor dari Jepang yakni Honda Super Cub (C50), dan begitu mewabahnya Moped (sepeda motor bermesin 50cc) dikawasan Eropa. Nahhh…untuk itu, guna mengobati rasa haus scooterist akan scooter dengan design ramping, mungil serta irit konsumsi bahan bakar, maka pada tahun 1963 muncullah Vespa Small Frame dengan mesin 50cc untuk pertama kali dinegeri Pizza sana, sebagai produk kebanggaannya.
Wokeiii…karena kita tinggal di Indonesia, maka saya akan sedikit mengulas tentang Small Frame yang beredar disini, tentunya sesuai sepengetahuan saya :-D . Tapi, small frame yang akan saya bahas ini adalah tipe PTS 90cc dan 100cc.

Vespa PTS pertama kali dilaunching pada tahun 1976 dan berakhir masa edarnya pada tahun 1984. Pada awal pertama kali digelontorkan kepasar otomotif roda dua negeri ini, PTS dibekali dengan mesin 2 langkah berkapasitas 90cc. Scooter buatan PT. Dan Motor Indonesia atas lisensi dari Piaggio Itali ini memberikan angin segar tersendiri dipasar motor waktu itu. Bagaimana tidak, ditengah serunya persaingan sepeda motor berkapasitas dibawah 100cc dengan teknologi 2 langkah, yang waktu itu hanya dihuni oleh duo samurai Jepang yakni Yamaha dan Suzuki dengan flagshipnya masing-masing, Vespa memberikan alternatif tunggangan bagi para calon konsumen untuk menengok keproduknya.
Vespa PTS 90 hadir dengan dibekali rangka sasis monocoque, mesin berkapasitas 88.5cc, berteknologi 2 langkah, bore x stroke = 47mm x 51mm, karburator Dell Orto 16, kelistrikan diotaki oleh platina berdaya 6v, kopling manual tipe basah, bertransmisi 3 percepatan, kapasitas tangki bahan bakar 4.5lt yang masih menyatu dengan wadah oli sampingnya, mengandalkan drum brake pada kedua rodanya yang dibalut karet bundar berdiameter 10″/300. Dan kata dari para orang yang telah menaiki motor ini pada masa keemasannya dulu, top speed yang pernah diraihnya bisa mencapai pada kecepatan 80kph…hmmm…not bad untuk ukuran motor berkumuter dalam kota.
Lantas dua tahun setelahnya, PT. Dan Motor Indonesia merilis varian PTS berkapasitas 100cc. Hampir mirip dengan sang kakak, detail modelnya tidak banyak mengalami ubahan secara keseluruhan. Hanya pada kubikasi mesin yang membengkak menjadi 99cc, dengan bore x stroke = 49mm x 51mm, dan mengaplikasikan karburator Dell Orto 19. Pada varian P100TS ini, motor mampu digeber pada batas kecepatan 90 kph…yeahhh…more better dari pada sang kakaklah.
Mungkin, bagi kebanyakan orang awam, antara PTS 90 dengan 100 hampir tidak ada bedanya secara detail luar. Tapi itu akan salah jika diperhatikan dengan baik. Sebagai pembeda, yang bisa dilihat tampak luar adalah pada speedometernya, dimana PTS 90 menggunakan patokan angka 80 kph, sedangkan PTS 100 menggunakan patokan angka 120 kph, tidak itu saja, pada PTS 90, dibagian belakang sebelah atas stop lamp terdapat emblem bertuliskan Vespa Special, sedangkan pada PTS 100, emblemnya bertuliskan 100 Special, serta terdapat emblem bertuliskan P100TS disebelah pojok bawah box bagasi kiri. Dan ternyata masih ada lagi lohhh perbedaan antara varian PTS keluaran tahun dibawah 80′an dengan diatas 80′an, untuk PTS ditahun pembuatan dibawah 80′an, pada tutup kunci setang menggunakan model bulat, sedangkan diatas 80′an berbentuk lonjong.
Last…itulah sekelumit cerita tentang varian Small Frame pada kedua produk jagoan PT. Dan Motor Indonesia waktu itu, walaupun sudah tergerus oleh jaman, serta mengadopsi teknologi jadul yang katanya tidak ramah lingkungan, plus spare part yang susah dicari, jika adapun, harga part orisinilnya bikin kantong agak tercekik. Tapi scooter ini nyatanya masih banyak mendapat perhatian dari para penggemar fanatiknya hingga kini, termasuk saya sendiri :-D .
Demikian dari saya,
Salam.